Berpuluh tahun lalu Amerika Serikat merekrut para ilmuwan Nazi untuk memimpin sejumlah proyek yang mempelopori persaingan untuk menguasai angkasa luar. Para ilmuwan itu memberi Amerika teknologi canggih yang sampai saat ini masih memajukan program angkasa luar NASA. Namun kemajuan itu memiliki beban moral.
Pada akhir Perang Dunia Kedua, rahasia
teknologi Nazi Jerman menjadi incaran. Pihak Sekutu berusaha
mengambilalih sebanyak mungkin peralatan dan para ahli sambil mencegah
negara-negara lainnya melakukan hal serupa.
Pencapaian teknologi Jerman mengejutkan
para ilmuwan Sekutu yang ikut dengan pasukan invasi ke Jerman pada tahun
1945. Roket supersonik, gas syaraf, pesawat terbang jet, rudal jelajah,
teknologi stealth dan bahan lapis baja yang lebih keras adalah beberapa
teknologi terobosan yang dikembangkan di dalam laboratorium dan pabrik
Nazi, bahkan saat Jerman hampir kalah perang.
Amerika Serikat dan Uni Soviet-lah, pada
awal-awal Perang Dingin, yang bersaing dan berpacu dengan waktu untuk
menemukan rahasia ilmiah Hitler yang belum terungkap. Pada Mei 1945,
pasukan legiun Stalin berhasil menguasai beberapa laboratorium
penelitian atom di Institut Kaiser Wilhelm yang terkenal di pinggiran
Berlin. Ini memberi mereka teknologi yang kemudian digunakan untuk
membangun gudang senjata nuklir Soviet.
Pasukan Amerika memindahkan rudal-rudal
V-2 dari kompleks besar di Nordhausen, yang dibangun di bawah Pegunungan
Harz di Jerman Tengah, beberapa saat sebelum Uni Soviet mengambilalih
pabrik itu yang kemudian menjadi daerah yang dikuasai Soviet. Tim yang
membangun V-2, pimpinan Wernhre von Braun, juga jatuh ke tangan Amerika.
Kejahatan
Tidak lama kemudian Mayor Jenderal Hugh
Knerr, wakil panglima pada Angkatan Udara AS di Eropa menulis:
“Pendudukan lembaga ilmiah dan industri Jerman mengungkapkan kenyataan
yang mengejutkan bahwa kami sangat terbelakang dalam banyak lapangan
penelitian. Kalau kami tidak meraih kesempatan ini untuk menguasai alat
dan otak yang mengembangkan teknologi itu dan mempekerjakan mereka, kami
akan tetap tertinggal bertahun-tahun.”
Karena itu dimulailah Proyek Paperclip,
operasi Amerika yang merekrut von Braun dan lebih dari 700 ilmuwan
lainnya yang dibawa dari Jerman. Tujuan proyek itu sederhana: “Untuk
mempergunakan ilmuwan Jerman bagi penelitian Amerika dan untuk mencegah
sumber ilmiah itu jatuh ke tangan Uni Soviet.” Perkembangan pun berjalan
cepat. Presiden Truman memberi ijin bagi Proyek Paperclip di bulan
Agustus 1945 dan pada 18 November, sekelompok ilmuwan Jerman pertama
sampai di Amerika.
Tetapi ada satu masalah. Truman
memerintahkan bahwa siapapun yang didapati sebagai “anggota partai Nazi
dan berperan dalam kegiatannya, atau pendukung aktif militerisme
Nazisme” tidak akan diijinkan. Menurut kriteria tadi bahkan von Braun
sendiri, orang yang bertanggungjawab atas pemotretan di Bulan,
seharusnya tidak boleh bekerja untuk Amerika. Dia adalah anggota
berbagai organisasi Nazi dan memegang jabatan di pasukan khusus Nazi,
SS. Catatan intelijen awal tentang von Braun menyebut pria itu sebagai
“resiko bagi keamanan”. Dan rekan-rekan von Braun termasuk:
Arthur Rudolph, kepala operasi di
Nordhausen, tempat 20.000 buruh paksa tewas saat membuat rudal V-2. Dia
memimpin tim yang membangun roket Saturnus V. Dia digambarkan sebagai
“100% Nazi, orang yang berbahaya”. Kurt Debus, ahli peluncuran roket,
juga perwira SS. Laporan tentang Debus menyatakan: “Dia harus ditahan
karena mengancam keamanan Pasukan Sekutu.”
Hubertus Strughold, yang kemudian
dikenal sebagai “bapak obat-obatan angkasa luar”, yang merancang sistem
penyokong kehidupan di pesawat angkasa NASA. Beberapa bawahannya
melakukan “percobaan” manusia di kamp Dachau dan Auschwitz, tempat
tahanan dibekukan hidup-hidup dan ditempatkan di ruangan bertekanan
rendah. Banyak dari mereka yang kemudian meninggal.
Semua pria ini dibolehkan bekerja untuk
Amerika, kejahatan yang dituduhkan terhadap mereka ditutupi dan latar
belakang mereka diputihkan oleh militer Amerika yang berambisi
memenangkan Perang Dingin.
Puluhan tahun kemudian, warisan Proyek
Paperclip masih sangat penting. Dengan karbon penyerap radar pada kayu
lapis dan sayap tunggal yang mulus ke belakang, Horten Ho 229 dari tahun
1944 buatan Jerman dapat dikatakan sebagai pesawat terbang stealth yang
siluman pertama. Militer AS memberi satu contoh pesawat kepada Northrop
Aviation, perusahaan yang kemudian memproduksi pesawat pembom siluman
B-2 Spirit yang bernilai lebih dari 2 milyar dolar, yang dijiplak dari
desain pesawat Horten satu generasi kemudian. Rudal jelajah masih
menggunakan rancangan rudal V-1 dan mesin scramjets yang memotori
pesawat hipersonik canggih NASA X-43 dapat diwujudkan berkat teknologi
jet Nazi Jerman.
Dokumen Proyek Paperclip yang masih
dirahasiakan membuat berbagai kalangan termasuk Nick Cook, konsultan
teknologi angkasa luar di mingguan Jane’s Defence, berspekulasi bahwa
Amerika mungkin telah mengembangkan teknologi maju Nazi lainnya termasuk
alat anti gravitasi, yang merupakan sumber energi berjumlah besar.
Meskipun kesuksesan Proyek Paperclip
tidak diragukan lagi, banyak orang akan memilih untuk mengingat ribuan
nyawa orang yang dikorbankan demi mengirim manusia ke angkasa luar.
Untuk ambisi sebuah perjalanan ruang angkasa, para penjahat Perang Dunia
II itu dilindungi dan dibersihkan namanya.
sumber : http://www.pesawatterbang.net/1079/rahasia-teknologi-nazi-jerman-menjadi-incaran-amerika-dan-rusia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar